Menurut saya “LDII sudah menyesatkan umat islam diindonesia”Contoh :dulu kalau hari raya ucapan saling ketemu adalah Minal aidin walfaidin cuma LDII yang sesat berucap Taqoballalahu minna wa mingkum/mingka/mingki. sekarang kok ucapannya seragam.DuluLDII sesat kalau makai celana selalu kebanjiran alias diatas mata kaki, lho sekarang kok kebanyakan orang muslim pada kebanjiran semua ya..makai celana diatas mata kaki.Dulukalau hari raya Qurban cuma LDII yang Qurban baik warga LDII yg mampu maupun yang nggak mampu sekarang semua orang Islam sudah sadar mau bekurban soalnya malu nunggu jatah dari mushola sebelah kok gak kebagian akhirnya kurban sendiri dimakan sendiri trus sisanya dibagikan tetangga.Dulu ucapan syukur orang orang ISLAM adalah “terima kasih “, “Terima Kasih telah memberi”. cuma LDII yang berucap Alhamdulilah jazakumullahukhoiroh atau alhamdulilah jazakalahukhoiroh. sekarang kok sama ya..Jazakumullulahu khoirohkasiron.Nah sekarang ini LDII ada program ISLAM HARUS BERBUDI PEKERTI YANG LUHUR alias BUDI LUHUR mohon ditiru juga ya.. jangan BUDI ASHOR atau BERBUDI yang HINA.
Selasa, 20 Mei 2014
Mengenang Andi Lala
Sayap Kiri Lincah Itu Dipanggil Tuhan
- Andi Lala Dimakamkan di TPU AL
JAKARTA-Indonesia kehilangan salah satu tokoh sepak bola dari era 1970-an. Mantan sayap kiri tim nasional asal klub Jayakarta, H Andi Lala (54), dipanggil Tuhan. Menurut penjelasan istrinya, Nina Rosina (46), suaminya jatuh di rumahnya di Jalan Panjang kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, karena sakit jantung.
Setelah terjatuh, dia dilarikan ke rumah sakit Karya Medika, namun nyawanya tak tertolong. Dia meninggal dunia pada pukul 05.30 WIB, Senin kemarin. Dia dimakamkan di TPU AL Kamal, Rawa Kopi, Kedoya Jakarta Barat.
Mantan rekannya di lapangan hijau, Iswadi Idris, mengungkapkan bahwa kawannya itu adalah pribadi yang temperamental.
Namun, lanjutnya, sebagai pesepak bola, Andi merupakan sayap kiri yang punya kecepatan dan umpan akurat. ''Dia sudah seperti adik saya sendiri. Dia memang mudah marah dalam bermain, tapi sesungguhnya adalah rekan dan pemain yang sangat baik,'' paparnya.
Ditambahkannya, Andi memang sudah terlihat sakit sejak setahun ini. Namun demikian, dia tak berhenti mengurusi sepak bola.
''Setahu saya dia mengidap penyakit ketika berada di Bantul. Tapi dia punya keinginan kuat untuk sembuh, bahkan rela mengikuti ajuran rekannya untuk mengikuti terapi tradisional,'' ujar mantan kapten tim nasional ini.
SEA Games
Andi Lala seangkatan dengan antara lain Sudarno, Taufik Saleh, dan Anjas Asmara di klub Jayakarta.
Dia pernah membela tim nasional pada berbagai kejuaraan, termasuk SEA Games 1977 di Kuala Lumpur, Malaysia. Menurut Iswadi, di Kuala Lumpur itu mereka punya pengalaman berharga, karena partai semifinal melawan Thailand berlangsung ricuh. Perkelahian antarpemain yang akhirnya melibatkan penonton tuan rumah terjadi.
Penyebab utamanya adalah kontroversialnya kepemimpinan wasit Othman Omar asal Malaysia. Kekontroversialan itu memunculkan spekulasi adanya keterkaitan dengan kekecewaan Malaysia, yang di partai pembukaan harus mengakui keunggulan Indonesia 1-2.
Andi pernah ikut mengantar Persija menjuarai kompetisi PSSI (1972,1975 ketika dengan PSMS dinobatkan sebagai juara bersama , dan 1977). Dia juga dipanggil Persija, saat tim Ibu Kota ini memenangi Piala Quoch Khan di Vietnam Selatan pada 1973.
Pada 1970-an, tim nasional memang memiliki dua kiri luar yang dikenal punya kecepatan prima. Pertama adalah Abdul Kadir, yang dibesarkan Persebaya Surabaya. Setelah pemain berjuluk Si Kancil ini tak lagi jadi pilihan, Andi Lala masuk.
Dia juga mengandalkan kemampuan larinya, dan pernah mendapat julukan Kijang. Pemain ini juga dikenal jago dalam penempatan posisi saat terjadi kemelut di depan gawang.
Setelah pensiun Andi pernah bekerja pada sebuah bank milik pemerintah. Namun dia tampaknya lebih memilih meneruskan karier di dunia sepak bola.
Dia pernah menangani beberapa klub di antaranya Persija, Persedikab Kediri, Persikota Kota Tangerang, Persiba Bantul, dan PS AL. Dia juga pernah menjadi arsitek tim MNA, yang dibawanya mengikuti kejuaraan antarperusahaan tingkat nasional pada akhir 1980-an.
Selain aktif di sepakbola dia juga aktif di bidang keagamaan melalui Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Bahkan dia pernah menggelar turnamen sepakbola bersama organisasi itu di Stadion Lebak Bulus Jakarta. Andi meninggalkan enam anak, yaitu Nadila, Andi Rahmatullah, Andi Chaidir, Andi M Said, Andi Usman, dan Andi Ilham. (wgm-22)
Minggu, 18 Mei 2014
MBAHMAN di Bandara 'COPAS'
Pagi hari ketika baru keluar gerbang bandara Soekarno-Hatta saya kebingungan untuk mendapatkan angkutan umum ke hotel Ciputra. Taksi yang lewat depan loby kedatanganpun tidak mau berhenti. Beberapa kali ke Jakarta saya masih tidak tahu caranya melanjutkan ke tempat tujuan dengan angkutan umum. Bahkan saya juga belum bisa membedakan antara Bandara 1 dengan Bandara 2. Yang saya tahu bahwa bandara satu adalah untuk penerbangan swasta domestik sedang bandara dua milik Garuda dan penerbangan internasional.
Di tengah kebingungan sendiri tiba-tiba seseorang menyapa saya dari belakang, “mbah man!, mbah man!”. Sontak saya kaget seraya tersenyum dalam hati. Setelah membalikkan badan saya lihat seorang laki-laki yang belum pernah saya kenal, bahkan namanya-pun sekarang saya sudah lupa, dan kami langsung bersalaman, berkenalan dan berbincang-bincang. Saya bersukur di tengah kesulitan ternyata ada “orang asing” yang datang membantu. Walau belum kenal, namun naluri saya yakin jelas dia adalah orang LDII, sebagaimana dia yakin bahwa saya juga “mbah Man”.
Kata mbah man begitu populer dan telah menjadi konsesus sekaligus identitas Warga LDII. “Mbah Man” telah menjadi pengikat persaudaraan antara Warga LDII sekalipun tidak saling kenal sebelumnya. Di manapun, di seluruh dunia!.Namun siapakah Mbah Man, yang namanya sangat melegenda itu?Mbah Man, nama aslinya adalah Sukiman kelahiran Magetan 1925. Sejak belia Sukiman telah mengabdikan diri kepada bangsa dan negara dengan menjadi pejuang gerilya, tentara rakyat sebelum akhirnya pada tahun 1957 mendapat musibah terkena ranjau ketika berdinas. Pada usia sangat muda Sukiman harus kehilangan kedua kakinya hingga lutut akibat ranjau darat yang menimpanya. Selepas pensiun dari dinas militer tahun 1961 Sukiman mengabdikan seluruh sisa hidupnya ke Sabilillah dan mendapat amal sholih memimpin dapur Pondok Burengan Kediri, yang hingga sekarang dikenal dengan Dapur Mbah Man. Seluruh mubaligh dan mubalighot lulusan Pondok Burengan pasti mengenal Mbah Man karena mbah Man-lah yang “memberi makan” mereka.
Dapur adalah komponen vital dalam Pondok. Dapur adalah hidupnya Pondok Pesantren. Dengan kondisi cacat tubuh, Mbah Sukiman bersama tiga rekannya (Alm) H. Sabar, Bpk Ngatemin dan istrinya Ibu Warsiyem, dengan setia melayani dan menyediakan makan bagi ribuan santri dan puluhan tamu pondok. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan saat itu, mereka berempat harus berjuang menghidupkan tungku dapur mereka untuk terus menghidupi ribuan santri pondok. Saat ini tidak kurang dari delapan kwintal beras setiap hari dimasak di dapur Mbah Man dengan tungku raksasa, dalam tong menggunakan sekrop sebagai pengaduknya.
Suatu pagi di bulan Agustus 1988 ribuan santri Pondok Burengan meneteskan air mata mengantar kepergian Mbah Sukiman menghadap Sang Maha Pencipta. Mbah Sukiman kini telah tiada, namun “spirit Mbah Man” tidak ikut mati bahkan terus hidup berkobar menyala sampai hari ini. Mbah Man adalah sosok manusia beriman, pekerja keras yang ulet dan sabar. Mbah Man juga simbol kejujuran yang andap asor namun pemberani.
Kerjakanlah segala sesuatu secara“mbah man-an”, artinya kerjakanlah setiap pekerjaan dengan sungguh-sungguh, penuh kesabaran, secara jujur dan jangan pernah takut pada manusia karena hanya Allah-lah yang pantas ditakuti. Jiwa dan semangat Mbah Man inilah yang menurun pada ribuan santri Pondok LDII dan menjadi inspirasi bagi jutaan Warga LDII di seluruh dunia.
Perkembangan Lembaga Dakwah Islam Indonesia yang mencengangkan banyak orang saat ini, dengan para mubaligh dan mubalighot sebagai ujung tombak penyebaran ilmu Quran Hadist, tidak terlepas dari jasa amal sholih dan jiwa perjuangan yang diwariskan oleh 4 orang pahlawan dapur Pondok Burengan termasuk seorang serdadu buntung bernama“Mbah Man”. (Budi Waluyo, ST)
Di balik celana ngatung 'COPAS'

Aku jarang banget benernya bikin artikel kek gini, tapi apa mau dikata, keknya fenomena ini bener-bener menggelitik untuk di share. Apa itu? yaitu mengenai celana ngatung bos!
Aku masih inget dulu waktu tahun 1991an, aku masih STM, punya tantangan tersendiri ketika kita pake celana ngatung. Mulai dari dikata-katain sebagai orang yang kebanjiran, sampai di cap pengikut aliran ISlam yang radikal! Sangat sulit gw waktu itu untuk sekedar menjalankan tuntunan Nabi Muhammad SAW tentang celana ngatung.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ حَدَّثَنَا
Dari Ibnu Umar, Rosululloh SAW pernah bersabda: "Alloh tidak akan melihat orang yang memanjangkan pakaiannya karena sombong." (HR Muslim K. Libas).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الَّذِي يَجُرُّ ثِيَابَةُ مِنْ الْخُيَلَاءِ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abdullah bin Umar, Rosululloh SAW pernah bersabda: "Sesungguhnya termasuk orang yang sombong orang yang memanjangkan pakaiannya, Alloh tidak akan melihatnya pada hari kiamat nanti. (HR Muslim K. Libas)
Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata tentangan, sinis, pengucilan, pengkerdilan, atau segudang kata lainnya itu lama-lama biasa sudah. Ternyata aku masih Alloh paring panjang umur dan tetap bisa berngatung ria. Yang unik dari ngatung ini adalah, dari doeloe sampai awal tahun 2005an lah, aku sudah terbiasa dan selalu yakin kalo yang pake celana ngatung, insya Alloh dari LDII. Sehingga seringkali ketika aku bertemu dengan seseorang yang mengaku dari warga LDII, aku langsung lihat celananya hehehe.
Pernah terjadi sebuah kejadian unik mengenai ngatung ini. Waktu hari Jumat ketika aku lagi menunggu angkot dibawah terik matahari dibawah gedung Sampoerna di jalan Sudirman, tau2x ada orang lari2x, terengah-engah yang aku sendiri tak tahu siapa dia adanya! Kenal pun nggak, ketemu aja aku yakin baru waktu itu. Dan tanpa tedeng aling-aling doi langsung nembang nyerocos, "Mas! mohon amal sholehnay dibantu mas! ban sepeda saya bocor, gimana ini caranya? tologn bantu?!", dan segudang kata-kata lainnya yang membuat aku heran kenapa tuh orang baru ketemu seperti langsung kenal dan yakin aku ini juga warga LDII.
Ternyata, setelah kami bisa bersantai ria dan bercakap-cakap dengan tenang, ternyata alasan dia menyapa ku dan yakin aku adalah juga dari warga LDII karena celana yang kupakai! hehehe
Pernah terjadi sebuah kejadian unik mengenai ngatung ini. Waktu hari Jumat ketika aku lagi menunggu angkot dibawah terik matahari dibawah gedung Sampoerna di jalan Sudirman, tau2x ada orang lari2x, terengah-engah yang aku sendiri tak tahu siapa dia adanya! Kenal pun nggak, ketemu aja aku yakin baru waktu itu. Dan tanpa tedeng aling-aling doi langsung nembang nyerocos, "Mas! mohon amal sholehnay dibantu mas! ban sepeda saya bocor, gimana ini caranya? tologn bantu?!", dan segudang kata-kata lainnya yang membuat aku heran kenapa tuh orang baru ketemu seperti langsung kenal dan yakin aku ini juga warga LDII.
Ternyata, setelah kami bisa bersantai ria dan bercakap-cakap dengan tenang, ternyata alasan dia menyapa ku dan yakin aku adalah juga dari warga LDII karena celana yang kupakai! hehehe
Namun... hal itu mungkin akan sulit lagi terjadi di saat ini. Coba kita lihat anak2x SMP, anak SMA dan sekolahan-sekolahan, ngatung semua! Bahkan kadang ada yang ngatungnya setengah betis! Tapi sayangnya pas kita lihat di atasnya, orangnya mungkin malah sedang rokokan, bahkan ada pula yang gandengan dengan yang bukan mahrom wkwkwwkwk
Well, jaman sudah berubah, dari mulai kengatungan kami ditentang dan dirintangi sampai akhirnya menjadi mode. Semua berubah sesuai perkembangan jaman, yah aku sih terus berdoa, semoga kita semua terus dalam ketetapan iman dan tak berubah ditempa masa.
Well, jaman sudah berubah, dari mulai kengatungan kami ditentang dan dirintangi sampai akhirnya menjadi mode. Semua berubah sesuai perkembangan jaman, yah aku sih terus berdoa, semoga kita semua terus dalam ketetapan iman dan tak berubah ditempa masa.
Kemakan Omongan "LDII Sesat"
Kemakan Omongan “LDII Sesat”
Posted on March 17, 2014 by Handi Prasetyo
Kemakan Omongan “LDII Sesat” – Saya Asli orang jogja, saya pernah mendengar bahwa isu atau kabar miring mengenai LDII , banyak orang yang menyebutkan LDII itu sesat , isu yang paling marak beredar “jika oranglain solat dimasjid LDII, Lantainya di PEL” – adalagi “Orang LDII itu tidak mau menikah dengan orang Luar LDII” kemudian disimpulkan bahwa LDII adalah Aliran Sesat.
Saya sempat kemakan omongan dan percaya dengan kabar tersebut. Itu sebelum saya menjadi Seorang Mahasiswa. Namun saya harus bisa berfikir Dewasa dan Mencoba mencari tahu yang sebenarnya, benarkah apa yang di omongonkan oleh orang mengenai LDII Sesat. Biasa, saya memang orangnya KEPO belum puas hanya kata orang.
Kini Saya kuliah disalah satu perguruan tinggi di jogjakarta, saya punya teman orang LDII yang menurutku baik-baik saja bahkan mengajarkanku tuntunan Agama berdasarkan 2 pedoman yang telah Nabi Muhammad SAW (Al-Quran dan Alhadist), Saya bertanya kepadanya Langsung.
Jika solat dimasjid LDII, Lantainya di PEL
Gung, aku memanggilnya saya mau tanya benar ga sih kalau orang selain LDII itu solat di Masjid LDII langsung di PEL?? Dia tersenyum sambil menjawab : “BENER.. Kalau melihat orang tersebut Masuk Masjid (Rumah ALLAH) dari Kamar Mandi/WC tapi dia tidak Pakai Sandal alias Kakinya NAJIS , kan WC tempat Buang HAJAT . kalau Kaki nya SUCI no-Problem, kita perlu mengagungkan Rumah Allah dong, masa’ melihat seperti itu di biarkan, bisa bisa Najisnya Rata ke seluruh Masjid = Solat semua orang tidak sah karena masjidnya Najis”.
Orang LDII itu tidak mau menikah dengan orang Luar LDII
Tanya lagi Gung, Orang LDII itu tidak mau menikah dengan orang Luar LDII?? : Dia Menjawab ” Bener… Termasuk saya, saya berusaha mencari Wanita dari LDII terutama yang telah memiliki banyak Ilmu Agama dengan begitu bisa Se Faham dalam melaksanakan Ibadah berdasarkan Tuntunan yang sama yaitu Quran dan ALhadist.” sebenarnya bukannya Ga boleh nikah sama orang yang bukan LDII , yang bener itu Ga Boleh Nikah sama orang yang ga pernah Ibadah apalagi Tuntunannya banyak Syiriknya.
Dari beberapa pertanyaan yang saya tanyakan dan teman saya menjawab dengan baik, menurutku Bener dan Masuk Akal dan Sesuai Tuntunan Al-Quran dan Alhadist.
Menyikapi pertanyaan pertama : Setuju, kalau orang masuk masjid dalam keadaan tidak suci apalagi usai dari WC dan tidak pakai sandal pasti meragukan keadaan kakinya yang kemungkinan ada Najis dari Kencing barang kali.
Menyikapi pertanyaan Kedua : Hemm… Iya sih saya juga kalau cari jodoh pasti yang sefaham , karena dalam perjalanan pernikahan (rumah tangga) pasti akan ada pola pikir yang harus sama antara suami dan istri kalau tidak sama bisa bisa ujung ujungnya Cerai.
Saya akan lebih banyak belajar… dan tidak Termakan Omongan kebanyakan orang. Kalau saya simpulkan orang orang yang menebarkan berita Miring biasanya sakit hati atau Dendam.
Jumat, 16 Mei 2014
Fakta Tak Terungkap KH.Nurhasan Al Ubaidah Lubis

Siapakah sosok KH. Nurhasan Al-Ubaidah yang fotonya terpampang di rumah warga LDII? KH. Nurhasan Al-Ubaidah Almarhum KH Nurhasan Al Ubaidah adalah pendiri Pondok Pesantren LDII, Banjaran, Burengan, Kediri, seorang ulama besar yang selama 11 tahun belajar ilmu agama di Makkah dan Madinah. Lahir di Desa bangi Kediri Jawa Timur (1908). Beliau menguasai Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Al-Qur’an. Beliau menguasai Qiroah Sab’ah (7 macam Bacaan Al-Quran), yaitu bacaan Nafi’ Al Madani, Ibnu Katsir Al Makki, Abu Amr Al Bashri, Ibnu Amir As Syami, Ashim Al Kufi, Hamzah Al Kufi, dan Ali Al Kisa’i. Masing-masing guru tersebut memiliki dua murid yang sangat terkenal, sehingga bacaannya diistilahkan 21 bacaan. Beliau juga menguasai 49 kitab-kitab hadits lengkap dengan ilmu alatnya. Diantara guru-guru beliau adalah: Imam Abu Samah (Muhammad Abdul Dhohir ibn Muhammad Nuruddin Abu Samah At-Talini Al-Mishri Al-Makki), Syekh Umar Hamdan (Abu Hafs Umar ibn Hamdan ibn Umar ibn Hamdan al-Mahrasi At-Tunisi Al-Maghribi al-Madani Al-Maki rahimahullah), Syekh Yusuf, dan lain-lain.. Pengalaman Pesantren Pondok Semelo, Nganjuk (sufi) Pondok Jamsaren, Sala Dresmo, Surabaya (belajar silat) Sampang, Madura (Kyai Al Ubaidah, Batuampar) Lirboyo, Kediri Tebuireng, Jombang Kisah Kehidupan KH. Nurhasan Al-Ubaidah : 1929 : Berangkat haji pertama, mengganti nama menjadi Haji Nurhasan Al Ubaidah 1933 : • Belajar hadits Bukhari dan Muslim kepada Syeikh Abu Umar Hamdan dari Maroko • Belajar di Madrasah Darul Hadits dekat Masjidil Haram Info lain : • Berangkat ke Mekah tahun 1937/1938 • Tiba di Mekah, disaksikan oleh H. Khoiri Ketua Rukbat Nahsyabandi (asrama pemukim di Saudi Arabia) 1941 : • Kembali ke Indonesia, membuka pengajian di Kediri • Menikah dengan Al Suntikah Binti H. Ali dari Mojoduwur Jombang. Warga LDII menempatkan beliau sebagai Ulama Besar.. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nurhasan_Al_Ubaidah) Banyak yang tidak mengetahui secara benar siapa sebenarnya syeikh Nurhasan Al-Ubaidah bin Abdul Aziz serta belum mengerti maksud dan tujuan dakwah tauhid-nya termasuk banyak fakta tak terungkap yang tersembunyi kebenarannya, sehingga beliau mendapat hujatan dan fitnahan dari orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Bahkan ada orang-orang pengetahuan agamanya minim dan tidak mengenal betul siapa sebenarnya sosok KH. Nurhasan ikut-ikutan menghujat beliau, padahal info yang dimilikinya tentang H. Nurhasan dan metode dakwah beliau, sangatlah minim. Ajakan Bersatu KH. Nurhasan Al-Ubaidah Sebagai contoh banyak yang tidak mengetahui bahwa beliau memang pernah sengaja menyampaikan dakwah dengan kata-kata yang keras, tegas, bahkan terkesan menyakitkan hati, padahal itu hanya bagian metode dakwah, mengingat saat itu awalnya ajakan dengan cara persuasif, lemah lembut (untuk menetapi agama Islam secara Quran Hadits dan tidak mengamalkan bidah, khurofat, tahayul, dll serta ajakan bersatunya umat Islam) namun tidak digubris, akhirnya ibarat menyelamatkan orang yang akan celaka tertabrak kereta api, ya harus ditarik keras. Bayangkan kalau ada yang mau tertabrak kereta kemudian mengingatkannya dengan pelan-pelan, “muuuaaaass awaaaa…aas ada kereta lewaaaa…t,…awaaaas tertabruuuakk…“. Ya, keburu ketabrak! ya nggak sih? Akhirnya beliau syeikh Nurhasan Al-Ubaidah menerapkan metode agak keras dengan istilah “babat alas” (periode 1950-1960), ibarat membuka hutan untuk dijadikan perumahan, yaa tentunya semak-semak, alang-alang, pohon melintang yang menghalangi jalan, dsb harus dibabat dulu khan? Setelah itu, baru proses penataan, dan selanjutnya pelestarian. Nah, saat beliau menerapkan metode dakwah “babat alas” inilah banyak orang yang sakit hati tidak menyadari sedang diselamatkan “dari tertabrak kereta tadi” dan bukan malah bersyukur sudah diingatkan. Akhirnya mereka membuat fitnah dan hujatan-hujatan. Dan, perlu khalayak ramai ketahui bahwa metode babat alas sudah ditinggalkan sejak tahun 1960. Bahkan pada tahun 1970 beliau mengajak bersatu kepada umat Islam Indonesia berupa selebaran yang dikirim ke seluruh penjuru Jawa mulai tingkat kecamatan s/d menteri sehingga membuat gempar di masyarakat. Fakta lain, beliau bukanlah orang yang senang berbantah-bantahan dalil dan merasa pol sendiri, tentunya ini demi kerukunan sesama muslim dan menghormati keyakinan masing-masing. Ini cerita dari Cak Thohir, “saat pak Nurhasan diberitahu oleh H. Arifin dan Pak Husein bahwa para kyai dan ulama yang pinter-pinter sudah berkumpul ingin berdebat dengan pak haji (H. Nurhasan), kita sudah ditunggu disana!”. H. Nurhasan yang biasa dipanggil “abah” menjawab: “ayo kita kesana!”. Setelah dimulai para kyai tersebut bertanya : “pak kyai Nurhasan, bagaimana pendapat bapak tentang orang yang tahlilan?”, H. Nurhasan menjawab singkat : “sae!” “pak kyai Nurhasan, bagaimana pendapat bapak tentang orang yang ziarah kubur?”, H. Nurhasan menjawab singkat : “sae!” “pak kyai Nurhasan, bagaimana pendapat bapak tentangkitab sulam safinah?”, H. Nurhasan menjawab singkat : “sae!” “pak kyai Nurhasan, bagaimana pendapat bapak tentang orang yang pake usholli?’ H. Nurhasan menjawab singkat : “sae!” “pak kyai Nurhasan, bagaimana pendapat bapak tentang orang yang niat puasa membaca nawaitu shoumal ghodi?”, H. Nurhasan menjawab singkat : “sae!” Singkat cerita, akhirnya acara yang tadinya untuk debat, malah selesai dengan saling bersalaman dan bubar dengan baik. Contoh fakta lagi adalah masalah bab najis yang sering difitnahkah kepada LDII bahwa LDII menajis-najiskan selain warganya, bekas sholat yang selain warga LDII langsung di pel, bekas salamanan dengan selain warga LDII di cuci. Padahal setelah ditelusuri dari ajaran H. Nurhasan pun dahulu ternyata tidak ada kefahaman seperti itu (justru ditengarai/jangan-jangan ini adalah kefahaman pendamping H. Nurhasan yang akhirnya menyatakan keluar dari LDII). Salah satu ulama LDII KH. Kasmudi pernah menelusuri para sesepuh, keluarga dekat H. nurhasan, Putra H. Nurhasan, bagaimana sih prakteknya H. Nurhasan tentang urusan najis. Ternyata faktanya, “tidak “kejeron“..! Salah satu kyai di LDII KH. Solihun pernah mendampingi H. Nurhasan di kapal laut selama 21 hari saat perjalanan haji. Melihat dengan mata kepala sendiri bahwa H. Nurhasan kalau sholat kalau saatnya sholat tidak selalu sholat di musholla, namun di tempat yang layak dan beliau yakin suci untuk sholat tanpa alas/lemek, ya ndeprok saja sholat di situ, walaupun menurut akal mungkin tempat itu pernah dilewati orang yang baru keluar dari jeding (kamar mandi,red). Karena ternyata beliau mempraktekkan hukum Alloh dan Rasulullah tentang masalah/bab najis yaitu “idza roaitum binajasatin tahdutsu fiihi” ketika kalian melihat dengan jelas ada najis jatuh di situ, melihat dengan jelas ada kencing atau najis lainnya di situ, bukan “idza dzonantum binajasatin tahdutsu fiihi” (ketika kalian menyangka/mengira ada najis jatuh disitu”. Jadi bukan ro’yi/dzon/persangkaan. Rasulullah saja satu rumah dengan pamannya Abu Thalib dan tidak pernah diceritakan gantarnya/tempat cuciannya misah. Nah, apalagi cuma salaman dan ada orang mampir sholat di tempat LDII, ngapain juga harus di cuci, itu hanya memberat-beratkan agama, padahal “addinu yusrun” ya toh..? Jadi kalau ditelusuri fakta yang sebenarnya, ulama besar yang dihormati LDII tidak pernah memberikan ajaran yang aneh-aneh yang menyimpang dari Kitabillah wasunnati Nabiyyihi (Al-Quran dan Al-Hadits). Tulisan berikut mengungkap fakta sosok beliau yang sebenarnya dari berbagai sumber baik dari pelaku sejarah/saksi hidup maupun dari tulisan-tulisan yang terserak di berbagai sumber. Abdul Aziz Al-Indunisy : “Dengan Gencarnya Fitnah dan Cacian yang dialamatkan kepada KH. Nurhasan Al-Ubaidah oleh orang-orang yang tidak sepaham dengan beliau dalam mengajak kepada masyarakat umat muslimin untuk menegakkan hukum-hukum Alloh yang telah tertuang didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Insyaalloh dengan Tulisan singkat ini dapat memberikan pencerahan dan informasi yang berimbang mengenai sepak terjang beliau kepada masyarakat umum, sehingga umat muslim pada khususnya dapat meneladani sifat-sifat dalam perjuangan beliau mengajak umat Islam kembali kepada ‘garis-garis’ yang telah digariskan Alloh kepada umat manusia sebagai jalan tunggal menuju keselamatan di dunia dan akherot yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits”. (http://kaptenonta.blogspot.com/2011/09/kh-nurhasan-al-ubaidah-bin-kh-abdul.html). “Beliau adalah seorang Mujaddid (Reformis) dalam perjuangan Islam khususnya di Indonesia, kiprahnya berawal sejak kepulangan beliau dari dua kota suci asalnya agama islam (Makkah dan Madinah) sekitar tahun 1941. Perjuangan yang beliau jalani sebagai Dai yang mengajak umat Islam di Indonesia kembali pada al-Qur’an dan al-Hadits tidaklah mudah, banyak tantangan dan rintangan yang sangat berat harus beliau hadapi, mendobrak penyimpangan aqidah umat Islam di Indonesia yang sudah menjadi tradisi, walaupun umumnya masyarakat Islam di Indonesia mengaku berpegang teguh pada prinsip aliran ahlus sunnah wal jamaah akan tetapi dalam prakteknya mereka banyak mengingkari sunnah Rasulullah SAW dan mereka melaksanakan kewajiban sebagai umat islam dengan sendiri-sendiri (berfirqoh). Gebrakan beliau membuat banyak para tokoh agama Islam atau para kiai di Indonesia kebakaran jenggot, ajaran beliau dianggap ancaman bagi eksistensi mereka, sebab jika dibiarkan umat Islam menerima ajaran KH. Nurhasan untuk berpegang teguh pada al-Qur’an dan al-Hadits bisa-bisa mereka akan ditinggalkan oleh umat. Maka mulailah tuduhan-tuduhan dan fitnahan yang keji dilontarkan kepada beliau, diantaranya dikatakan; kiyai gila, dajal uchul, PKI putih dll. (http://ubaidahlubis.blogspot.com/) Untuk melengkapi fakta tak terungkap tentang KH. Nurhasan Al-Ubaidah yang selama ini dihujat, tulisan Mas Teguh Prayogo berikut kami kutip dari blog ini : Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia kita mengenal beberapa aliran islam mainstream dan non-mainstream. Meski sudah sejak era Wali Songo islam mulai tersohor di bumi nusantara, namun ternyata kekuatan gerak islamiyah lebih menyolok di era pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini ditandai oleh munculnya beberapa harokah islamiyah garis keras, yang menginginkan syariat islam ditegakkan di Indonesia dan menolak mentah-mentah hukum positif warisan Belanda. Pergerakan ini tidak dilakukan oleh 2 (dua) aliran islam mainsteam yang ada, melainkan oleh kelompok-kelompok islam radikal semisal DI/TII, NII, dan kelompok Warman. Di bumi nusantara bagian timur terkenal dipimpin oleh Kahar Muzakkar, dan di barat dipimpin oleh SM. Kartosoewiryo. Dari pemaparan beberapa pelaku sejarah “Perang Janur Kuning Jogjakarta”, nama Kahar Muzakkar pun ikut disebut-sebut sebagai salah satu pemimpin perebutan kemerdekaan terhadap agresi Belanda di Sulawesi. Artinya, seorang Kahar Muzakkar yang pada akhirnya dianggap sebagai pemberontak pun sebenarnya memiliki andil terhadap bangsa ini dalam merebut kemerdekaan. Namun setelah bangsa ini berangsur-angsur lepas dari penjajahan, seiring itu pulalah terjadi konflik internal untuk mendaulat republik ini agar bersyariat islam, atau dengan kata lain beberapa pihak terang-terangan ingin menjadikan status negara ini sebagai salah satu negara Islam di dunia. Dalam perjalanannya sangat disayangkan, kelompok-kelompok radikal ini menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Salah satunya adalah menghalalkan mengambil harta benda milik rakyat Indonesia sendiri. Sehingga bisa dibayangkan seperti apa isi pikiran rakyat Indonesia pada waktu itu: “keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya?”. Wallahu a’lam. Padahal kala itu juga pemerintah Indonesia masih dipusingkan oleh agresi kedua Belanda tahun 1949, dan konflik kepentingan antara presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dengan salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan, Tan Malaka. Singkat cerita, pada pertengahan era orde baru, ketegangan demi ketegangan memuncak, dimana friksi-friksi yang terjadi antara pemerintah kala itu dengan beberapa kelompok islam radikal ini akhirnya menyebabkan hampir seluruh organisasi berbasis islam di indonesia otomatis dianggap oposan pemerintah. Walhasil, kelompok-kelompok islam kecil lah yang banyak menerima imbas buruknya dari pertikaian gerakan-gerakan islam dengan pihak otoritas pada waktu itu dibanding kelompok-kelompok islam yang telah memiliki nama besar. Diantara kelompok-kelompok dakwah islam yang masih kecil pada waktu itu adalah Darul Hadits dengan beberapa kembangannya semisal YCI (Yayasan Citra Islam), KSPI (Keluarga Studi Pemuda Islam), KADIM (Karyawan Dakwah Islam), dan ASPI (Aspirasi Pemuda Islam). Darul Hadits sendiri merupakan suatu kelompok pengajian Qur’an-Hadits yang dipimpin oleh seorang ulama muda lulusan ma’had Darul Hadits di Mekkah Al-Mukarramah, Nurhasan Al-Ubaidah bin Abdul ‘Aziiz (1908-1982). Konon kelompok pengajian ini sangat peduli terhadap tauhid, akhlak, akidah, dan pemurnian tata laksana peribadatan ummat islam kala itu yang masih banyak dianggap menyimpang dari sumbernya: Qur’an dan Hadits (as-Sunnah). Ditinjau dari sisi manapun, melalui perjalanan panjang sejarah tandzim dakwah islamiyah ini, Darul Hadits eksis bertujuan untuk membetulkan seluruh sendi pengamalan ibadah rakyat Indonesia yang masih banyak menyimpang dari Qur’an dan Hadits, tanpa perlu melakukan konfrontasi dengan pihak otoritas, orde lama, maupun orde baru. Tidak seperti tudingan orang-orang yang tidak mengerti sejarah esensi perjuangan amar ma’ruf nahi munkar-nya, mereka menuding bahwa Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah ingin mendirikan ‘negara dalam negara’. Tapi sampai hari wafatnya, hal tesebut bahkan sama sekali tidak terbukti. Kaidah keislaman para muslimin di Indonesia pada waktu itu dinilai masih banyak terikat dengan kelakuan-kelakuan peribadatan yang sebenarnya bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam dengan pemaparan dalil-dalil syar’i olehnya. Era ini disebut-sebut sebagai era “Babat Alas” [1]. Suatu masa dimana perjalanan amar ma’ruf nahi munkar Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah kepada sanak famili, teman-teman, dan sejawat-sejawat ulama dilalui dengan berbagai rintangan fisik maupun metafisik, sebagai hasil dari metode amar ma’ruf nahi munkar-nya yang dikenal keras. Beliau berpesan kepada para santrinya bahwa terkadang amar ma’ruf nahi munkar itu memerlukan sikap yang tegas. Beliau pun sangat bertanggung jawab terhadap reaksi masyarakat atas metode-nya itu, dan memberi gambaran metode “babat alas” tersebut seperti ini: “gambarannya seperti ada orang yang tertidur di bantalan rel kereta api, sudah berkali-kali diperingatkan / diteriaki bahwa ada kereta yang akan lewat, ia malah terlelap tidur. Akhirnya si orang tidur tadi dibangunkan dengan cara paksa, yakni dengan diseret ke tepi agar ia selamat. Meski pada awalnya orang yang tertidur tadi marah-marah karena diseret paksa, namun bilamana ia sadar bahwa justru ia diselamatkan hidupnya, insya Allah ia akan berterima kasih”. Sering kali syeikh memberi motivasi kepada para santrinya yang menemui banyak rintangan dan cobaan atas ‘hasil jerih payah’-nya beramar ma’ruf nahi munkar dengan beberapa gandangan (bahasa Jawa: senandung) yang salah satunya adalah gandangan “kembang turi”. Isinya kurang lebih begini: “kembang turi lak melok-melok, sego wadang sisane sore, ora peduli wong alok-alok, sandang pangan lak golek dewe”. Intisarinya adalah: jangan jatuh mental dalam beramar ma’ruf nahi munkar, jangan pedulikan orang lain yang mengolok-olok, toh urusan sandang dan pangan kita mencari sendiri, dan tidak meminta-minta kepada mereka yang mengolok-olok. Meski terkesan remeh, namun gandangan seperti ini merupakan warisan tradisi kejenakaan yang cerdas ala kyai-kyai tradisional tanah Jawa dalam berkelakar namun memiliki arti dan filosofi yang sangat dalam. Semisal teka-teki longan (bahasa Jawa: kolong meja atau kolong tempat tidur). “Apakah longan itu tetap ada jika meja atau tempat tidur dipindahkan? Jadi, apakah longan itu benar-benar ada?”. Atau semisal KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah berkelakar pada acara pembukaan website Akbar Tandjung: “Kenapa setiap orang berpidato selalu menyatakan: Mari kita panjatkan syukur? Memangnya (si) Syukur nggak bisa manjat sendiri?” (Fachry Ali, Gatra, Mei 2008). Meski dijuluki mustadid (orang yang luar biasa) oleh sejawat-sejawat ulama, Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah bukanlah termasuk orang yang jummud (kaku), terkadang syeikh menghibur santri-santrinya sebagaimana cerita yang berkembang seperti; pernah suatu ketika dalam membangunkan santri-santrinya untuk sholatul lail atau sholat malam (tahajjud), syeikh tidak segan-segan berjoget menghibur santri-santrinya yang masih terkantuk-kantuk dengan sapu ijuk, yang syeikh gambarkan sebagaimana kuda lumping. Dari hal itulah tersirat, syeikh mencontohkan kepada santri-santrinya, bahwa dalam suasana apapun orang-orang yang menegakkan hujjatullah harus tetap gembira dan ceria, mesti dalam kondisi yang membencikan, atau dalam kondisi sedang mendapat cobaan sekalipun dari Allah Ta’ala. Sebagaimana anggota pramuka yang selalu menghibur dirinya di kala apapun: “buat apa susah? buat apa susah? susah itu tak ada gunanya”. Masih teringat dari beberapa saksi sejarah perjalanan era “babat alas” semisal Al-Hafidz Syeikh Su’udi Ridwan rahimahullah, maupun Syeikhul Hadits Kasmudi As-Shiddiqqy bercerita bahwa seringkali Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah menerima banyak ‘bingkisan’ dari orang-orang, bahkan ulama-ulama tradisional yg tidak sepaham dengannya berupa teluh, santet, dan benda-benda ‘terbang’ aneh lainnya yang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia modern. Semua itu Beliau hadapi dengan sabar, tawakkal, serta yang paling penting adalah doa. Tentang doa kepada Allah Ta’ala, dari penuturan Syeikh Nur Asnawi rahimahullah, salah satu rekan menuntut ilmunya di Mekkah-Medinah dulu, menceritakan bahwa syeikh sangat yakin akan doanya kepada Allah Ta’ala. Pernah suatu ketika di Mekkah, ada seorang temannya kelaparan tidak punya beras (makanan) untuk dimasak, akhirnya Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah berdoa agar Allah Ta’ala memberikan beras yang bisa untuk dimasak saat itu juga. Walhasil, doanya maqbul. Allah Ta’ala mengabulkan permintaannya!. Bagi kita yang awam memang agak sulit menerima cerita-cerita ‘tidak masuk akal’ semacam ini. Namun kenyataannya memang demikian, apalagi cerita ini diperoleh dari saksi hidup kala itu, Syeikh Nur Asnawi rahimahullah. Bahkan salah satu santrinya yang saat ini telah menjadi salah satu ulama di Pondok Pesantren Kertosono, Ustadz Ubaid Khairi, pernah punya pengalaman spiritual yang sama seperti Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah, yakni langsung dikabulkan doanya semasa ia dan keluarga sedang menghadapi kesulitan ekonomi. “Setelah bermunajat di dalam bis kota yang mangantar saya dan anak istri pulang ke rumah. Allah langsung memberi saya uang tunai. Bahkan saya dan keluarga bisa mempergunakan uang itu untuk keperluan sehari-hari selama kurang lebih 2 (dua) bulan…”, tuturnya tatkala ia didapuk (bahasa Jawa: dinobatkan) sebagai salah satu penyampai materi pada camping Cinta Alam Indonesia di Cikole, Bandung, beberapa tahun silam. Cerita yang sama, di zaman yang berbeda. Believe it or not. Pada akhirnya sebagai manusia biasa, Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa pada Februari 1982 dan dimakamkan di pemakaman keluarga, Marga Kaya, Karawang, Jawa Barat. Namun demikian warisan semangatnya untuk menegakkan kalimatullah di negeri ini, agar Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam tidak didustakan oleh setiap manusia, tetap ada dalam diri sanubari masing-masing generasi penerus pejuang agama yang secara ilmu-pun masih terlampau jauh ketimbang Beliau, yang diberi julukan mustadid (orang yang luar biasa). Luar biasa, karena Beliau al-Hafidz, menguasai bacaan Qiraatus-Sab’ah, mufassir yang mumpuni, menguasai Mustholah Hadits, menguasai ilmu alat, mengerti taraf ilmu dari terminologi wajib, sunnah, makruh, mubah, menguasai ilmu dari 49 perowi hadits beserta sanad-nya yang muttashil sampai Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalaam, gemar bekerja keras, tidak pernah takut dengan kondisi kehidupan apapun kecuali hanya takut kepada Allah Ta’ala, seorang hamba yang sangat percaya qodarullah dan nashrun minallah, ahli dalam berdoa, ulama yang dicintai santri-santrinya sekaligus dibenci oleh orang-orang yang belum bisa menerima al-Haqq ini secara utuh dan murni, dan lain-lain. Namun jangan lupa satu hal, semua izzah itu didapatkannya atas dasar usaha, kerja keras, dan kecintaannya terhadap al-Haqq, tidak didapatkannya dengan cara santai, bersenda gurau, main-main (lahan), atau dengan istirahatnya badan. Beliau menimba ilmu agama ini sekitar 10 tahun di Mekkah-Medinah, dimulai pada tahun 1930-an sampai tahun 1941. Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah tetaplah seorang hamba Allah Ta’ala yang memiliki kekurangan. Namun kebajikan kebajikannya-lah yang mesti diambil sebagai manfaat agar berkah Allah Ta’ala tetap atas kita semua. “khoirun naasi man yanfa’uhum lin naas”, “sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak memberi manfaat kepada manusia lainnya”. Tahun berganti, zaman pun berubah. Dimana manhaj (metode dakwah) Darul Hadits yang pertama kali datang pada tahun 1941 di Indonesia, justru saat ini telah banyak orang dan kelompok dakwah yang mengadopsinya. Diakui atau tidak, dari beberapa ulasan dan website islam yang mudah ditelusuri, banyak individu-individu dan ulama-ulama zaman ini yang pada akhirnya secara jujur maupun tidak, mengerti bahwa pergerakan dakwah islamiyah mereka mempunyai kemiripan dengan apa yang dulu digerakkan oleh Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah sejak tahun 1941 di Indonesia, yaitu merujuk pada tata cara ibadah ummat islam yang hakiki, yang wajib, yang menurut sumber aslinya: Qur’an dan Hadits, tanpa harus tercampur aduk dengan adat istiadat warisan ummat Hindu-Buddha atau Animisme-Dinamisme di Indonesia, yang justru bisa menjadikan agama islam ini semakin jauh dari kemurniannya. Padahal jelas dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala memerintahkan agar kita selalu memurnikan agamanya… “mukhlishiina lahud diin” Dalam salah satu buku terbitan Madani Institute, manhaj yang berasal dari Jazirah Arab dan diwariskan oleh Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah ini, dimasukkan ke dalam konteks pergerakan salafiyyah (salafism). Yaitu pergerakan islam yang menomorsatukan pemurnian islam, yang sebagaimana Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassalaam dan sahabat-sahabatnya contohkan, sebelum akhirnya islam sendiri terpecah belah. Dengan kata lain, manhaj yang merujuk pada tata cara ibadah dari 3 generasi awal datangnya islam. Apakah manhaj yang diadopsi oleh Darul Hadits ini disebut ahlussunnah wal jamaah, salafiyyah, atau wahhabiyyah, bukan merupakan issue yang substansial. Sebab sebagaimana kutipan nasehat Syeikh Salih Fauzan rahimahullah, “siapapun bisa menyandang gelar salafiyyun atau ahlussunnah wal jamaah, namun yang penting adalah esensinya ibadahnya”. Tapi lucunya, kabarnya Darul Hadits dulu sempat diberi beberapa julukan yang nyeleneh oleh orang-orang yang tidak sepaham, dengan julukan semisal: Jamaah mbah Syuro, Jamaah Takfir, Neo-Khawarij, Islam Puritan, Islam Jawa, Islam Murni, Wahhabi, PKI putih, dan lain-lain. Namun hal itu tidak lantas menyurutkan potensi amar ma’ruf nahi munkar sampai saat ini. Karena memang itulah cobaan menjadi manusia yang beriman secara konsekuen kepada Allah Ta’ala. Sangat cocok dengan dalil ini… “huffatul jannati bil makarih, wa huffatun naari bis syahwat”, “surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang membencikan… dan seterusnya”. Artinya, tidak mudah mencari surga Allah Ta’ala. Pasti ada rintangan dan cobaan. Namun pastinya, hingga sekarang soal penjulukan, gelar, atau penisbatan, kosa kata al-Manshuuriin, atau Thaifah al-Manshuurah (golongan yang mendapat pertolongan Allah Ta’ala) lebih disukai bagi hampir seluruh individu generasi penerus Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah, daripada penggunaan kosa kata Salafi, Wahhabi, Ahlussunnah Wal Jamaah, Madzhabiyyah, atau penisbatan lainnya. Sesuai pula dengan dalil dalam kitabullah yang menyebutkan… “haqqun ‘alaina nunjil mu’miniina”, dan hujjah ini… “maa yaf’alullohu bi ‘adzaabikum in syakartum wa aamantum”, “wajib atas Kami (Allah) menolong orang-orang yang beriman”, dan lain-lain. Tidak masalah dengan urusan julukan, karena pada akhirnya, yang penting adalah bagaimana tata cara ibadah kita kepada Allah Ta’ala. Julukan apapun tidak bisa dijadikan bekal bagi seseorang untuk berhasil masuk surga, dan terselamatkan dari api neraka. Hanya amal ibadah dan atas rahmatNya-lah yang menjadi penentu suksesnya manusia di kehidupan akhirat nanti kelak. Demikian sekilas cerita mengenai sosok Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah rahimahullah, yang mungkin hal ini bisa jadi merupakan suatu ikhtiar pemulihan nama baik terhadap berita-berita miring yang selama ini berkembang mengenai diri dan metode dakwahnya, yang pada kenyataannya malah bertentangan dengan apa yang telah syeikh perjuangkan sampai akhir hayatnya. Suatu ikhtiar yang diilhami oleh “Surat Surat Bersih Diri Muhammad bin Abdil Wahhab”. Sehubungan dengan hal ini, sebagai referensi agar kita lebih mengerti seperti apakah sosok seorang ‘alim ulama (ahli ilmu) yang dipandang berkualitas, hebat, atau mumpuni, Imam al-Shatibi rahimahullah lebih jauh telah menarik kesimpulan, bahwa ada 3 (tiga) karakteristik pokok seorang ulama yang dipandang berkualitas, hebat, atau mumpuni: 1) Ia melaksanakan apa-apa yang ia ucapkan/ajarkan. Telah terbukti bahwa Beliau selalu konsekuen menjalankan apa-apa yang ia ajarkan kepada santri-santrinya, tentunya semua yang sesuai dengan kaidah Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah-Rasul. Bahkan para santrinya meniru apa saja yang Beliau lakukan dalam beribadah kepada Allah, dikarenakan mereka (santri) yakin bahwa amalan Beliau tidak lepas dari Qur’an dan Hadits. Hal tersebut bukan termasuk taklid membabi buta, karena selalu diiringi dengan ilmu. Bahkan menurut kesaksian para orang-orang terdahulu yang pernah se-zaman dengannya, Beliau mengeluarkan sayembara yang berlaku sampai akhir hayatnya: Beliau bersedia memberikan motor bagi siapapun yang mengetahui bahwa ada amal perbuatannya yang tidak sesuai dengan aturan Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam. Subhanallah. 2) Ia sendiri mendapat ilmu langsung dari ulama-ulama terpercaya dan mumpuni dalam kapasitasnya sebagai ahli ilmu. Dalam sanad-nya secara tersurat beliau langsung menimba ilmu atau berguru langsung dengan para Masyaikh Darul Hadits Mekkah Al-Mukarramah yang mu’tabar semisal Syeikh Umar Hamdan (Abu Hafs Umar ibn Hamdan ibn Umar ibn Hamdan al-Mahrasi At-Tunisi Al-Maghribi al-Madani Al-Maki rahimahullah), atau Syeikh Abu Samah Abdul Dhohir (Muhammad Abdul Dhohir ibn Muhammad Nuruddin Abu Samah At-Talini Al-Mishri Al-Makki), dan lain-lain secara manqul [2] (as-sama’ dan munawalah). 3) Santri-santrinya mengikuti apa yang ia ajarkan. Jika santri-santrinya malah cenderung meninggalkannya, hal ini otomatis menjadi pertanda bahwa ada sesuatu yang salah dengan apa yang ia ajarkan. (ibid) Alhamdulillah hingga saat ini semakin banyak individu-individu, yang atas jasa Beliau pula lah, saat ini mereka telah menjadi mubaligh-mubalighot yang tersebar tidak hanya di Indonesia, namun juga di negara-negara regional seperti Australia, Singapura, Malaysia, Suriname, Vietnam. Bahkan ilmu yang dibawanya dulu dari Mekkah-Medinah, saat ini telah sampai pula di benua Amerika dan Eropa. Mereka tetap memegang apa yang telah syeikh ajarkan kepada mereka, yaitu ilmu agama yang murni berdasarkan Qur’an dan Hadits secara manqul, musnad, dan muttashil. Mereka tetap memiliki kesamaan pergerakan dakwah seperti Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah: amar ma’ruf nahi munkar, basyiiran wa nadziiran, dan lillahi ta’ala demi tujuan mulia: “wa tilkal jannatul-latii uurits-tumuuhaa bimaa kuntum ta’maluun”, “dan demikian surga itu diwariskan sebab apa-apa yang kalian perbuat (di dunia)”. Mudah-mudahan semangat al-Manshuuriin yang pernah dicontohkan Syeikh Nurhasan Al-Ubaidah ini tetap melekat pada diri generasi penerus mu’miniin yang mencintai Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wassalaam diatas segalanya. Amiin Yaa Dzal Jalaali Wal Ikram. Mohon maaf bilamana ada kesalahan. Semua kesalahan dalam penulisan ini pastinya berasal dari diri penulis, namun semua kebenaran tetap berasal dari Allah Ta’ala. Wallahu Musta’an. Walaa hawlaa walaa quwwata illa billah.
Source: http://jabar.ldii.or.id/mengungkap-fakta-sosok-kh-nurhasan/Artikel ini berasal dari http://jabar.ldii.or.id | Website Resmi DPW LDII Jawa Barat.
LDII Aneh dan Unik
LDII Aneh dan Unik' kalimat ini hebaat....!
Hebat kenapa? kalo kamu belum faham dan mengerti, harus baca sampai habis....jangan setengah-setengah..LDII (LEmbaga DAkwah Islam) adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang independen, resmi dan legal yang mengikuti ketentuan UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Pasal 9, ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara RI 1986 nomor 24), serta pelaksanaannya meliputi PP No. 18 tahun 1986 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986 dan Aturan hukum lainnya. LDII, memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Program Kerja dan Pengurus mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah tercatat di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang & Linmas) Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen Bangsa Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
Jelas kan bahwa LDII ini legal dan syah...
Apa yang bikin LDII Unik ?
Unik karena selalu dibicarakan orang-orang karena sesat..padahal yang ngomong, nulis atau apapun itu belum tau banyak tentang LDII. Hanya lihat, mendengar dan kata-kata orang saja. Disinilah keunikan ini kita angkat, dalam LDII banyak kegiatan bersifat keagamaan yang sangat baik. Disana kamu dapat mendalami ilmu agama baik dari Alquran maupun al Hadist dengan guru-guru yang telah memeliki Ijazah dari Pondok Pesantren.. Keren dan Hebat kan...Apa yang bikin LDII Aneh ?
Aneh karena LDII itu kok bisa ya warga LDII terus-terus ngaji Al-Quran dan al Hadist...Itu ke anehannya.. Dalam Al-Quran dan al Hadist banyak cerita-cerita keren yang pastoi kamu penasaran..Disana berisi sejarah nabi kita, sahabat-sahabat nabi. Terlebih lagi dengan mendalami dan mengkaji Quran dan HAdist tentu saja akan mendatangkan pahala besar buat kita..Pahala itu akan ditukar dengan surga nya Allah...Alhamdulillah...Makanya sebelum kamu-kamu menuduh yang tidak-tidak sama LDII..coba deh kamu pelajari dulu dan main-main ke masjid LDII.. temuin tuh guru ngajinya..n ajak deh ngobrol..
Sekilas H Benyamin Sueb

Benyamin yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. Benyamin dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat mempengaruhi hidupnya.
Dibawah ini adalah sedikit jalan hidupnya yang kami ambil dari wiki.
Benyamin Sueb (lahir di Kemayoran, Jakarta, 5 Maret 1939 – meninggal 5 September 1995 pada umur 56 tahun) adalah pemeran, pelawak, sutradara dan penyanyi Indonesia. Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film.
Awal Karier
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Duet dengan Ida Royani
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.
Gambang kromong
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran. Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.
[sunting] Paska duet dengan Ida Royani
[sunting] Paska duet dengan Ida Royani
Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil merilis beberapa album, di antaranya “Nenamu” dengan tembang andalan seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Pelajan Toko.
Dunia film
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Berduri serta Si Doel Anak Betawi (1976) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya. Dalam Intan Berduri, Benyamin mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.
Akhir karier
Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Rock Al-Haj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Kontribusi terhadap gambang kromong
Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular. Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karier musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.
Untuk lebih jelasnya bisa anda lihat disini: http://id.wikipedia.org/wiki/Benyamin_Sueb
Arti 354
Apakah ini angka keberuntungan? masak orang islam memaki seperti itu? kan haram, syirik, menyerahkan perkara kepada angka yang ga jelas. Setelah diselidiki ternyata penjabaran dari angka tersebut ialah sebagai berikut:
- Angka 3 di situ melambangkan keta’atan warga LDII, kepada: 1). Alloh, 2). Rosul, 3). Ulil Amri. Adapun dasar hukum ta’at kepada Alloh, Rosul, Ulil Amri, adalah firman Alloh di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ No. Surat: 4, Ayat: 59, Alloh berfirman:
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Alloh dan ta’atilah Rosul, dan Ulil Amri di antara kamu sekalian (orang iman)”.
- Angka ‘5’ nya melambangkan bahwa dalam mensukseskan agama Islam melalui konsep 5 BAB;
1). Mengaji Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang berdasarkan dalil dari Rasulullah SAW yang artinya:”mencari ilmu wajib bagi setiap orang islam” dan firman Allah: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” (QS. Al-Israa’:36)
2). Mengamalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang di dasarkan oleh firman Allah : “dan demikian surga diwariskan kepada kalian sebab apa-apa yang telah kamu perbuat”
3). Membela Al-Qur’an dan Al-Hadits, ini didasarkan oleh firman Allah: “(dagangan yang akan memnyelamatkan dari siksa yang pedih yaitu) kalian beriman kepada Allah dan membela di dalam agama Allah dengan harta kalian dan diri kalian, demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya” (QS. As-Shof: 11)
4). Sambung berjama’ah Al-Qur’an dan Al-Hadits, yaitu menjalani, menetapi semua peraturan yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
5). Ta’at kepada Alloh dan Rosul.
Agar tidak menimbulkan salah persepsi maka kita harus tahu terlebih dahulu, Lima Bab itu apa? Yang dimaksud dengan Lima Bab adalah program ibadah untuk memudahkan bagi setiap muslim yang hendak mencari dan mengamalkan ibadah yang baik dan benar menurut Alloh dan Rosul melalui ijtihad dengan tidak mengurangi atau menambahi Lima rukun Islam dan Enam rukun Iman dengan tujuan ingin masuk surga Alloh Ta’alaa dan selamat dari neraka Alloh Ta’alaa. Pendek kata, 5 BAB adalah 5 kunci sukses ibadah.
- Adapun angka “4” dalam angka “354”, mempunyai maksud bahwa ada 4 (Empat) tali yang mengikat keimanan kita agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif:
- Bersyukur.
- Mempersungguh.
- Mengagungkan.
- Berdo’a.
Kalimat Cantolan MBAHMAN
- Kembang turi melok – melok, sego wadhang sisane sore,Ra peduli wong alok – alok, sandang pangan golek dewe.
- Brambang diombyoki, angger lawang dienggok ‘i
- Ojo ongso – ongso, koyo cacing nguntal klopo, ora kuntal malah bongko
- Nek dimusuhi mbales iku pur, nek dimusuhi sabar iku menang
- Kluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sugih Tanpo Bondo
- Orang Bijak Berkata, Hancur Badan Dikandung Tanah, Budi Baik Terkenang Juga, Walaupun Kita Sudah Mati Kebajikan Kita Itu Tak Mudah Dilupakan
- Dibalik cobaan Alloh pasti memberi gantinya, dibalik penderitaan Alloh pasti memberi kesenangan, dibalik kesulitan Alloh pasti memberi kemudahan Dan “ apa-apa yang belum waktunya itu susah akan tetapi sebaliknya apa-apa yang sudah waktunya itu mudah “ contoh “ orang menginjak bayangan kepala sendiri pada saat jam 07.00 s/d 11.000 itu sangat susah, akan tetapi begitu sudah jam 12.00 maka orang akan dengan mudah menginjaknya
Langganan:
Postingan (Atom)